OPINI - Merkantilisme merupakan sebuah istilah yang berasal dari kata merchant yang berarti pedagang. Menurut paham merkantilisme ini, tiap Negara jika ingin maju harus melakukan kegiatan ekonomi berupa perdagangan, perdagangan tersebut harus dilakukan dengan Negara lain.
Sumber kekayaan Negara akan diperoleh melalui surplus perdagangan luar negeri yang diterima dalam bentuk emas atau perak, sehingga kebijaksanaan pada waktu itu adalah merangsang ekspor dan membatasi aktifitas impor.
Pada jaman merkantilisme, bukan hanya bidang perekonomian dan perdagangan saja yang mengalami kemajuan yang sangat pesat, akan tetapi kemajuan literature juga sangat pesat. Kemajuan dalam tulisan-tulisan ekonomi maju baik dari segi kuantitas dan kualitas.
Penyebabnya adalah banyak diantara penulis tersebut yang bukan berasal dari latar belakang pendidikan di universitas yang berdasarkan oleh penelitian ilmiah, akan tetapi tulisan tersebut berdasarkan persoalan-persoalan ekonomi yang riil terjadi hubungannya dengan bisnis mereka. Tulisan mereka masih berserakan, untuk itulah Adam Smith menggunakan tulisan tersebut sebagai sumber penulisan bukunya yang berjudul The Wealth of Nations.
Baca juga:
Konsep Keadilan Harga
|
Kebijaksanaan-kebijaksanaan dalam masa merkantilisme sangat mengabaikan sektor pertanian, sehingga menimbulkan berbagai macam kritik.
Persaingan ekonomi yang terjadi antarnegara dapat mengambil dua bentuk yang berbeda (Gilpin, 1987:32). Bentuk pertama disebut sebagai merkantilisme bertahan atau 'benign': negara memelihara kepentingan ekonomi nasionalnya karena hal tersebut merupakan unsur penting dalam kemanan nasionalnya; kebijakan seperti itu tidak memiliki dampak negative bagi negara lain.
Namun untuk bentuk yang kedua ini yang disebut debagai Merkantilisme agresif atau 'maleovent'. Pada dasarnya kaum Merkantilis melihat bahwasanya aktivitas ekonomi seharusnya tunduk dan hanya tunduk pada tujuan utama pembangungan negara yang kuat.
Dengan Bahasa yang sederhana, ekonomi hanyalah alat politik dan suatu dasar bagi kekuatan politik. Bagi penganut Merkantilis, mereka berasumsi bahwa persaingan ekonomi antarnegara adalah ‘zero-sum game’ dimana keuntungan bagi suatu negara merupakan kerugian bagi negara yang lain.
Merkantilisme memiliki beberapa pemikir serta politisi dan ekonom terkemuka. Saat ini, pemikir kaum Merkantilis tengah berfokus pada ‘developing countries’ di Asia Timur : Jepang, Korea Selatan, Taiwan dan China.
Mereka menekankan bahwasanya keberhasilan ekonomi selalu disertai peran kekuasaan, yang kuat, bagi negara dalam memajukan pembangunan ekonomi negara.
DAFTAR PUSTAKA
Gilpin, Robert. 2001. Global Political Economy - Understanding the International Economic Order. New Jersey: Princeton University Press.Jackson, Robert, and George Sorensen. 2013. Pengantar Studi Hubunngan Internasional - Teori dan Pendekatan. Yogyakarta: PUSTAKAPELAJAR.
Top of FormBottom of Form
Penulis: Nur Annisya Asharif